5 MINUTE


Hujan Gerimis membasahi seluruh kota medan kala itu, tepatnya 21 September 2011 aku menelusuri medan dalam mendungnya suasana kota, semendung hatiku yang menunggu kabar kedatangannya.

13 Juni 2011, genap umurku yang ke 21, diawal umur baru itu aku mendapatkan amanah untuk menjadi Koordinator Humas Event Ekonomi Besar yang akan dilaksanakan di pulau sebrang, sumatra. Selain menjadi tantangan, ada harapan besar aku ingin melihat kota kelahiran pakar akuntansi syariah indonesia yang belum lama ini telah meninggal dunia. Tepat hari itu juga, aku berikan informasi kedatanganku kepada sahabatku yang berada disana. 

Hari itu pun datang, aku menginjakan kakiku ketanah sebrang yang belum pernah aku datangi, tak lama akupun langsung mengabarkan kedatanganku kesahabat lamaku yang ada disana. Entah apa yang membuatku merasa bahagia melihat kota kecil itu. Melihat keberagaman marga yang mempererat persaudaraan, melihat bagaimana perekonomian yang tumbuh begitu maju dibandingkan dengan kota besar lainnya diluar jawa, dalam hatiku aku berbisik lirih “ suatu saat aku ingin membangun bisnis ditanah ini”, tapi bisikan itu sangat kecil sehingga terkadang akupun lupa bahwa aku pernah memikirkan hal itu J .

Beberapa hal aneh dari kota itu aku abadikan dalam kamera digitalku, salah satunya adalah tanda plang dimana itu menjadi parkir kereta, heran awalnya melihat keanehan tersebut, kenapa kereta harus parkir ditempat sekecil itu, pikirku. Tapi itulah medan, selalu membawa aroma yang baru. Sabahat baruku “Mitra” yang aku temui disana membuyarkan lamunanku dalam memikirkan kenapa tempat parkir kereta begitu kecil. Dia sampaikan bahwa anggapan mereka (orang medan) kereta adalah sepeda motor. OMG saya hampir gila memilirkan korelasi antara kereta dan sepeda :D.

Tak terasa 3 hari sudah kutelusuri kota medan, bahagia rasanya bisa banyak belajar dengan beberapa suku disini. Tetapi ada yang masih menyentil dihatiku, yah..aku belum bertemu sahabatku yang dulu. Buru-buru aku sms dia dan sampaikan aku harus pergi kejakarta malam ini dan diapun menjanjikan akan menemuiku di bandara sebelum aku take off, karena masih kuliah sampai sore hari. Sore itu, hujan memang sedang mengguyur kota kecil ini, petir yang bertaut – tautan menjadi saksi bisu bahwa medan sedang diselimuti kegundahan alam. Saat itu aku dan beberapa temanku hanya bisa berdoa didalam mobil, semoga kami menemukan tempat untuk berteduh. Dan how lucky we are, kita boleh memasuki kawasan permainan elit di medan tanpa membayar apapun, aku lupa tempatnya tapi tempat itu terlihat sangat indah sekali. 

Dalam hujan itu aku bertanya, seperti apa sahabatku yang sekarang, dulu kami pernah belajar bersama selama satu semester dijakarta. Tetapi sungguh aku sangat rindu dengannya dan aku ingin bertemu dan berbagi cerita masa lalu kita. Dan tak lama hujanpun reda, kami melanjutkan perjalanan ke bandara polonia.

2 jam sudah aku menunggu, tepat pukul 19.30 tapi dia belum juga datang padahal 10 menit lagi ceck in bandara akan ditutup, ada macam perasaan yang coba muncul dan berharap terangkai dibenakku, apakah dia akan datang, apakah dia lupa untuk datang atau dia sengaja lupa untuk datang atau bahkan dia tidak ingin bertemu dengan sahabat lamanya yang datang jauh dari pulau sebrang?  Tapi entahlah pikiran mana yang benar, saat itu aku hanya kehilangan harapan untuk menemuinya. Berdering hapeku, beberapa kawanku yang sudah chack in menelponku untuk segera memasuki ruangan tunggu pesawat, petugas bandarapun sudah menegurku dengan pengumuman cack in akan ditutup. Dalam langkah lungkai aku berjalan memasuki ruangan cack in dan tak lama hapeku berdering kembali, antara senang dan tidak aku mengangkatnya, yah itu telpon darinya.dia baru sampai dibandara, buru-buru aku memasuki ruang cack in dan kemudian aku keluar lagi untuk menemuinya. 

Dari kejauhan aku melihat ada sesosok manusia yang sedang menungguku, tetapi aku masih menerka mungkin bukan dia yang aku maksud, karena yang aku ingat dia dulu belum berkaca mata, dari kejauhan aku melihat dia tersenyum kepadaku dan akupun meyakini bahwa dialah orangnya. 

Hanya lima menit waktu kita bertemu, tak ada pembicaraan yang keluar dari kedua mulut kami. Yang ada hanyalah hati kita yang saling berbicara. Aku menerka-nerka mungkin hatinya memiliki perasaan yang sama denganku, karna kami tak dapat mengeluarkan sepatah katapun, hanya satu yang keluar dari rongga mulutku, itupun aku setengah sadar mengucapkannya, aku hanya bisa menanyakan apakah hari ini dia sakit, itu saja dan dia menjawab dengan anggukan yang aku mengerti apa ending dari pertemuan singkat kami ini. Kebahagian yang dapat aku rasakan hanya dengan bisa duduk bersamanya dalam diam dan dalam tempo yang sangat singkat.

Lima menit itu, aku menemukan kembali cintanya yang dulu pernah akan bersemayam dihatiku, 5 menit itu menjadi saksi bisu pertautan kembali kisah cinta kita. Dan lima menit itu aku berterima kasih kepadanya karna dalam kondisi sakit dia mau menemuiku walau hanya duduk dalam diam. 

Untuk 5 menit itu, aku berterima kasih kepadamu
Untukmu Irsyad Yoga

Komentar

  1. Terima kasih juga untuk seseorang yang sangat berarti dalam hidupku :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Life after the Black Death (The Most Costly Pandemic in Human History) Why we should learn from it !

Indonesia Youth Forum 2016. Pemuda Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean

Damn ! I Love Solo